Total Tayangan Halaman

Jumat, 25 Februari 2011

Tentang Penalaran

Penalaran merupakan proses berpikir yang bertolak dari pengamatan yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian untuk berpikir dalam menarik kesimpulan berupa pengetahuan. Penalaran juga bentuk tertinggi dari pemikiran manusia. Sebuah kesimpulan benar kalau ada kesesuaian dalam subyek dan predikat. Suatu penalaran itu sendiri dinamakan logis kalau memiliki bentuk yang tepat. Dan perlu dipahami "yang benar" tidak sama dengan "yang logis".
Dalam penalaran juga terdapat hukum - hukum penalaran yaitu, apabila premis benar maka konklusi benar, apabila konklusi salah maka premis juga salah, apabila premis salah maka konklusi dapat benar atau dapat salah, dan apabila konklusi salah maka premis dapat salah atau dapat benar.
Manusia dalam kehidupan sehari - hari, sering juga terjadi penalaran yang tidak tepat dan dinamakan penalaran sesat. "Paralogis" ialah kesesatan yang tidak disengaja, dapat terjadi karena kurang paham mengenai hukum - hukum penalaran. Sedangkan kesesatan yang disengaja dinamakan "sofis", biasa digunakan orang untuk tujuan tertentu.
Penalaran dari aspek teoritis dapat didefinisikan sebagai proses berpikir logis dan sistematis untuk membentuk dan mengevaluasi suatu keyakinan terhadap pernyataan atau asersi. Dari definisi dan tujuan, dapat dilihat bahwa penalaran digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu pernyataan itu dapat diyakini atau dianut. Atau kembali secara literal, kita melihat alasan dibalik suatu pernyataan. Kepentingan mengalahkan nalar: Hambatan untuk bernalar sering muncul akibat orang punya kepentingan tertentu yang harus dipertahankan. Kepentingan sering memaksa orang untuk memihak suatu posisi (keputusan) meskipun posisi (keputusan) tersebut sangat lemah dari segi argumen.
Dalam kehidupan sehari-hari sering terjadi kepentingan untuk hidup (mendapatkan uang, kekuasaan, dan jabatan) digunakan untuk menghambat penalaran.
Dalam dunia akademik dan ilmiah, kepentingan untuk menjaga harga diri individual atau kelompok (walaupun semu) dapat menyebabkan orang (akademisi atau ilmuwan) berbuat yang tidak masuk akal.
Kebebasan akademik merupakan ciri penting lingkungan akademik yang kondusif untuk pengembangan pengetahuan dan profesi. Kebebasan akademik harus diartikan sebagai kebebasan untuk berbeda pendapat secara akademik yang memungkinkan akademisi berpendapat seacara terbuka. Sikap akademisi yang patut dihargai adalah kebersediaan untuk berargumen.
Sikap ilmiah menuntut akademisi untuk berani membaca dan memahami gagasan alternatif dan, kalau gagasan tersebut valid dan menuju ke perbaikan, bersedia untuk membawanya, bukan mengisolasinya.
Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Sedangkan logika induktif merupakan sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip kesimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi.
Bahasa diungkapkan dalam bentuk pernyataan kalimat deklaratif, jika ditinjau dari isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernyataan analisis dan pernyataan sintesis.
Analisis secara umum disebut juga dengan pembagian. Dan analisis terbagi menjadi analisis logik dan analisis realis.


_htm_